tegalyoso.id
-
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyebutkan sampai dengan 6 Juni Tahun 2022, Indonesia memiliki 512.997 jumlah organisasi masyarakat (ormas). Hal ini menunjukkan lonjakan dari tahun 2019 dengan jumlah 431.465 Organisasi.
Tujuan organisasi secara umum adalah untuk mencapai atau merealisasikan keinginan / cita-cita bersama dari tiap anggota organisasi, serta untuk mengatasi terbatasnya kemandirian dan kemampuan pribadi dalam mencapai tujuan.
Organisasi berasal dari kata Organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Definisi organisasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli baik dari dalam maupun luar negeri. Secara garis besar pengertian dan definisi organisasi adalah suatu kelompok terdiri atas dua atau lebih orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama dengan terstruktur.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), organisasi adalah suatu kesatuan atau susunan yang terdiri atas orang-orang dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi terbentuk atas individu-individu atau pribadi-pribadi. Setiap pribadi memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda, baik berupa kelebihan, kekurangan, dan tingkah laku yang berbeda.
Ada sebagian orang berpendapat bahwa perbedaan inilah yang akan menjadi salah satu tantangan dalam suatu organisasi, karena dianggap akan menghambat terjalinnya kerja sama yang baik, menodai organisasi dan membelokkan tujuan. Tentu ini pendapat yang kurang pas, bahkan keliru.
Arti pentingnya sebuah organisasi adalah sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata bijak, “Kejahatan yang terorganisir, dapat mengalahkan kebajikan yang tidak terorganisir”.
Maknanya adalah, bahwa kunci utama guna mencapai tujuan bersama, bukan terletak pada nama dan simbol organisasi, namun lebih tepatnya terletak pada penghuni organisasi yang bertindak secara terorganisir, terstruktur dan memegang teguh komitmen bersama.
Dalam beberapa kasus berorganisasi, banyak ditemukan bahwa anggota lebih menonjolkan kebanggaannya (fanatisme) terhadap simbol atau atribut ketimbang aksi dari visi, misi dan tujuan organisasi itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya organisasi yang sepi ing gawe rame ing pamrih, yang seharusnya Rame ing gawe, sepi ing pamrih, (giat bekerja tanpa pamrih).
Dalam organisasi sangat lekat dengan logo. Logo merupakan unsur grafis yang meliputi huruf bergambar, simbol, dan tanda yang memiliki arti tertentu dan mewakili arti dari suatu perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, Negara dan hal-hal lainnya yang membutuhkan sesuatu yang mudah diingat untuk mewakili nama sebenarnya.
Selanjutnya logo ini akan dijadikan sebagai simbol organisasi. Hakekat simbol adalah pengingat tujuan yang akan dicapai. Simbol berasal dari bahasa Yunani symballo yang artinya melempar bersama-sama, melempar atau meletakkan bersama-sama dalam satu ide atau gagasan objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat mengantarkan seseorang ke dalam gagasan masa depan maupun masa lalu.
Simbol diwujudkan dalam gambar, bentuk, gerakan, atau benda yang mewakili suatu gagasan. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, tetapi simbol sangatlah diperlukan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya.
Contoh studi kasus seperti yang terjadi dalam Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa merupakan organisasi yang dibentuk secara formal dalam rangka menyelenggarakan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa. Susunan organisasi dari Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa (atau yang disebut dengan nama lain) dan perangkat desa (atau yang disebut dengan nama lain).
Jika ada penyelenggara pemerintahan desa yang mengeluhkan bahwa sebagaian besar perangkatnya tidak memiliki SDM dan irodah (kesemangatan) untuk bekerja, sehingga dengan kondisi pasif ini tidak ada inovasi yang dapat diunggulkan di desa tersebut, maka layak dipertanyakan mengapa mereka bisa masuk dalam organisasi pemerintahan ?.
Pemerintahan desa adalah organisasi profesi, selayaknya siapapun yang masuk dalam pemerintahan adalah personalia atau individu-individu yang memiliki karakter profesional.
Selogan “ringan sama dijinjing berat sama dipikul” dalam membentuk paradigma smart village (desa cerdas) bukan merupakan isapan jempol belaka. Smart Village ditandai dengan terbangunnya integrasi dari 3 pilar utama, yakni smart government, smart economy dan smart people.
Ending dari keberhasilan sebuah organisasi adalah jika segenap unsur organisasi dengan tanpa keterpaksaan berani mengubah kata-kata “saya” menjadi “kami”.
“Inilah kami” bukan “inilah saya”
“ini kerja keras kami” bukan “ini kerja keras saya”
“ini kesuksesan kami” bukan “ini kesuksesan saya"
-------------
Eksas Yulianto [...]
-------------