TAHU. Kuliner yang satu ini tentu sangat familiar dikalangan masyarakat Indonesia, siapa yang tidak mengenalnya?
Tahu adalah hasil olahan sari biji kacang kedelai yang diendapkan dan digumpalkan (koagulasi). Jenis makanan ini berasal dari China atau Tiongkok.
Konon sekitar 2200 tahun yang lalu salah seorang cucu dari Kaisar Han Gaozu (Dinasti Han) mengolah kacang kedelai menjadi tahu ( Tou Hu ) yang artinya kedelai lumat.
Dalam perkembangan selanjutnya, tahu ini diolah menjadi beraneka ragam olahan, salah satunya adalah tahu goreng yang bercitra rasa yang dikenal dengan nama Tahu Sumedang.
Kenapa Tahu Sumedang sangat terkenal di seluruh Indonesia? Tak lain dan tak bukan karena tahu Sumedang mempunyai rasa khas dan lezat dibandingkan dengan tahu pada umumnya.
Aang Ruhyana atau yang akrap disapa dengan Mang Aang,( warga Desa Tegal Yoso ) menangkap peluang ini untuk merebut peluang pasar Tahu Sumedang di Lampung Timur.
Pria paro baya yang memiliki 4 orang anak ini, merintis usaha produksi tahunya sejak tahun 2011 yang sebelumnya beliau sudah mencoba menggeluti beberapa usaha lain seperti; membuat sale pisang, kerupuk, kelanting, dodol, permen, budidaya ayam kampung, mengkemas mainan anak-anak sampai jasa service kompor gas yang akhirnya beliau putuskan untuk mencoba usaha produksi tahu Sumedang ini.
Di desa Tegal Yoso, Mang Aang memang terkenal sebagai sosok yang gigih, ulet, optimis, suka berspikulasi dan berenovasi. Dari kegigihannya itu, kini spikulasinya membuahkan hasil, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga juga dapat membuka peluang pekerjaan bagi warga disekitarnya, hal ini terbukti dengan sekitar 50 orang dapat mengais rezeki dari usaha Mang Aang ini.
Ketika ditanya tentang jumlah karyawannya, mang Aang menjawab, “Saya tidak punya karyawan, semua yang bekerja di sini adalah mitra kerja saya”.
“Mitra kerja pabrik ada 5 orang, dan mitra dagang saya ada 20 sampai 50 orang, dengan pemasaran ke Way Jepara, Gaya Baru, Seputih Raman, Gunung Madu dan sekitarnya.
Setelah sukses menjalankan usaha produksi Tahu Sumedangnya, kini mang Aang kembali melirik peluang usaha baru yakni penggemukan sapi, untuk memanfaatkan ampas kedelai yang dihasilkannya sehingga tercipta mata rantai simbiosis mutualisme.
Kesuksesan mang Aang tidak sekedar dinikmati sendiri, beliau beserta istrinya (Siti Nurhayati) andil dalam berkontribusi terhadap pembangunan di desa Tegal Yoso, seperti; membantu swadaya pembangunan Pos Ronda, Pakaian seragam Linmas, Pembangunan Masjid/Mushola, dan kegiatan-kegitan sosial lainnya. # #